Selasa, 06 Juli 2010

Duet Anas – Ibas Pimpin Demokrat

Akhirnya susunan personalia  DPP PD (Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat) yang dinanti publik   sudah diumumkan  Anas Urbaningrum di kantor DPP PD di Jalan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (17/6/2010). Anas, Ketua Umum terpilih hasil Kongres PD di Bandung, 21-23 Mei 2010, sebagaimana banyak dilangsir media massa sebelumnya terbukti memang bergandeng dengan Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas yang ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal.
Kini jelaslah sudah, duet Anas – Ibas akan berkibar memimpin PD untuk minimal sampai 5 tahun ke depan. Melihat usia Anas, 41 tahun (15 Juli 1969) dan Ibas, 29 tahun (24 Nopember 1980), Partai Demokrat layak dicitrakan sebagai partai anak muda. Hal inilah agaknya kenapa Ibas, putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  (SBY) diduetkan dengan Anas.

Duet  Anas – Ibas memimpin PD terkesan tidak begitu hangat dibandingkan kontroversi penunjukan Andi Nurpati, anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang juga masuk dalam gerbong DPP PD. Padahal semula banyak juga yang mempertanyakan posisi Ibas, dilihat dari usia dan sosoknya sebagai putra SBY yang juga adalah pendiri PD.

Tampaknya, publik dapat juga memaklumi bila Ibas berduet dengan Anas. Soal kemampuan Ibas yang dipertanyakan, juga sudah dijawab, yaitu dia yakin mengemban tugas sebagai Sekjen.  "Karena akan dibantu oleh kawan, dan senior Partai Demokrat," ucap Ibas, yang mendampingi Anas mengumumkan susunan DPP PD itu.

Lantas, apakah duet Anas – Ibas akan mampu berjaya pada Pemilu 2014, minimal meraih 30% suara pemilu legislative? Melihat susunan 130 nama personalia DPP PD, tampaknya target tersebut tidaklah terlalu ambisius, bahkan sebetulnya lebih dari itu, seperti 40-50% suara masih dimungkinkan. Tentu saja semua ini bila kinerja Anas – Ibas benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang telah dirancang.

Harus diakui, upaya merekrut banyak tokoh dan aktifis dalam gerbong pengurus PD merupakan bagian dari strategi meraih banyak dukungan pada pemilu mendatang. Upaya PD ini tidak jauh berbeda dengan Golkar masa Orde Baru yang juga merekrut banyak tokoh dari berbagai kalangan. Artinya juga, jumlah 130 personil DPP memang tidaklah gemuk sebagaimana dikatakan Anas, melainkan besar, sesuai dengan kondisi PD sebagai partai masa depan yang memang sudah besar.

Kini duet Anas – Ibas ditunggu-tunggu penampilannya. Paling utama tentu saja kita melihat bagaimana sosok kepemimpinan Anas sampai 2014 nanti, apakah kinerja DPP PD betul-betul solid, jauh dari friksi dan konflik internal. Bagaimana Anas mampu membawa PD sebagai partai yang mendukung pemerintahan SBY, sekaligus mendapat simpati rakyat. Hubungan Anas dengan segenap jajaran DPP, termasuk Dewan Pembina, merupakan penentu bagi keberhasilan kepemimpinannya nanti.

Kemampuan Anas membangun hubungan dengan SBY merupakan faktor kunci dalam menilai  Anas layak atau tidak  meneruskan kepemimpinannya pada 2014 – 2019. Bagaimanapun, SBY telah banyak belajar dari pengalaman presiden sebelumnya, terutama Bung Karno dan Pak Harto yang boleh dibilang gagal menyiapkan “putra mahkota”, padahal menjabat lebih dari  20 dan 30 tahun.

Kini, hanya dengan masa 10 tahun menjabat, SBY tentu berpikir tentang orang yang dapat meneruskan visi dan misinya. SBY boleh menjabat hanya 10 tahun tapi boleh saja visi dan misinya dapat saja berlanjut, paling tidak bisa  20 sampai 30 tahun ke depan.  SBY sadar betul, mustahil penggantinya secara langsung adalah anak-anaknya yang terbilang masih muda, belum punya jam terbang memadai. Oleh karena itu dia perlu tokoh perantara dan kini orang itu adalah Anas Urbaningrum. Dasar pemikiran ini, bila kita melihat pengalaman Lee Kuan Yew memimpin Singapura, yang diteruskan oleh kadernya dan kini oleh putranya sendiri.

Mengapa Anas menjadi kandidat pengganti SBY, bukan Andi Malarangeng atau Marzuki Alie? Sudah dapat ditebak, tidak lain karena kebeliaan Anas yang cukup sepadan bergandeng dengan Ibas. Selain tentu saja, sosok Anas yang banyak dilihat kemiripan dengan SBY, terutama dalam penampilan yang santun, tidak meledak-ledak, bahkan terlihat lebih mampu mengendalikan diri.

Skenario harapan yang ada pada SBY, 5 – 10 tahun setelah dirinya, terlihat peluangnya diberikan  kepada Anas, dan setelah itu baru kepada Ibas atau abangnya,  yang berkarir di dunia militer. Ibas memiliki peluang untuk meneruskan kejayaan  Partai Demokrat dengan usianya nanti yang tidak terpaut jauh dengan Anas saat ini.

Tentu saja skenario itu jalan bila duet Anas – Ibas  berjalan mulus. Anas saat ini berperan menyerap kepemimpinan SBY. Dia terus ditempa, diberi peluang untuk menjadi tokoh yang layak menjadi penerus estafet kepemimpinan nasional di bawah bendera Partai Demokrat. Sementara Ibas menjadi pelapis untuk penerus berikutnya.

Peluang yang diberikan kepada Anas dan Ibas memang tidaklah ringan. Apalagi dengan struktur organisasi DPP PD yang demikian besar, dituntut adanya kecerdasan, kepiawaian dan kemampuan manajemen yang handal. Lebih dari itu, paling utama menyangkut integritas, loyalitas dan karakter kepemimpinan dari duet ini, terutama terhadap Anas.

Apakah Anas layak menjadi sosok pengganti SBY? Dilihat penerimaan publik ketika dia mampu memenangkan kursi Ketua Umum, mengalahkan Andi Malarangeng dan Marzuki Alie, peluang kandidat Presiden 2014 – 2019 memang sangatlah besar. Dibandingkan dengan sosok ketua umum parpol lainnya, seperti Partai Golkar, PDIP, PAN dan lainnya, sosok Anas memang sangat menjanjikan.

Bukan tidak mungkin, hal itulah kenapa banyak tokoh senior dan muda lainnya, seperti berbondong-bondong bersedia masuk gerbong Partai Demokrat. Sudah jelas, kesediaan itu bukan semata faktor SBY, justru malah lebih dominan faktor sosok Anas yang sangat menjanjikan.

Melihat mulusnya Kongres PD Mei lalu, jauh dari konflik, terkendalinya roda kepemimpinan PD, merupakan prasyarat sebagai partai besar untuk dapat bersaing dengan partai lain dalam pemilu mendatang. Dari berbagai munas atau kongres berbagai  partai yang ada belakangan ini, boleh dibilang, Partai Demokratlah yang berjalan lancar, demokratis, jauh dari hiruk pikuk konflik, meski persaingan tetap tinggi. Keberadaan SBY sebagai figur sentral memang membuat PD demikian solid sehingga mengundang banyak pujian.

PD kini dinilai sebagai satu-satunya partai yang paling siap menyongsong Pemilu 2014, terutama dilihat dari citra kepemimpinannya. Sosok yang dijual adalah duet Anas – Ibas yang merepresentasikan semangat masa depan, partai milik anak muda. Duet ini kian menarik karena didukung penuh oleh tokoh-tokoh senior yang selama ini cukup banyak pula diterima publik.

Dilihat dari konteks regenerasi, proses pendidikan politik, Anas-Ibas kian menjanjikan karena ditampilkan lewat proses yang dipersiapkan secara terencana dan matang. Keduanya tidak tampil secara dadakan tapi lewat proses yang cukup panjang. Anas diterima publik selama ini karena memang dikenal sebagai tokoh muda yang kental pengalaman berorganisasi.

Sementara Ibas memang jangan dilihat sekarang tapi dia merupakan sosok yang dipersiapkan setelah Anas dan tentu saja bakal dapat jauh lebih baik atau setidaknya  akan mampu memenuhi tuntutan zamannya. Ibas bukan saja telah dan akan mendapat tempaan langsung dari ayahandanya, melainkan dia juga diberi lahan pengalaman langsung ikut menjadi operator PD.

Artinya, Ibas pada 5 - 10 tahun ke depan, tidaklah sama dengan Ibas sekarang yang boleh saja banyak mengundang pro-kontra. Posisinya sebagai Sekjen saja, bila dilihat kiprahnya sudah menjadi Ketua Departemen DPP PD sebelumnya, bukanlah berarti sebagai dadakan. Suka tidak suka, Ibas memang beruntung, memiliki mentor politik yang tidak diragukan, seperti SBY dan lingkungan yang ada dalam DPP PD. Dia mendapat pendidikan politik yang membuatnya memiliki potensi besar dalam kiprah memimpin bangsa dan negara ini.

Tentu saja, apakah Anas – Ibas akan benar-benar sukses, dapat merealisasi skenario peluang yang diberikan, banyak ditentukan oleh kedua orang ini sendiri. Dalam hal ini, komentar SBY patut digarisbawahi, yaitu: “apakah Edhie Baskoro punya kemampuan, Edhie Baskoro-lah yang akan menunjukkan kepada Partai Demokrat, kepada publik, kepada semua apa yang akan dilakukan ke depan. Kita tidak bisa men-judge seseorang sebelum yang bersangkutan menjalankan tugasnya.”

“Banyak yang di antara kita, saya pun dulu waktu masih relatif muda juga diragukan. Apakah bisa menjadi Pangdam, waktu saya sebagai jenderal yang muda ditugasi menjadi Pangdam Sumatera bagian Selatan. Yang bisa menjawab ya saya sendiri bukan orang lain, bukan ayah saya, bukan saudara saya, bukan siapa-siapa. Oleh karena itu, ya kalau saya, saya sampaikan ke Edhie Baskoro itu tantangan, harus dijawab dengan cara kinerja,” kata SBY, seraya mengingatkan ketiga kandidat Ketua Umum PD (Anas, Andi Malarangeng, dan Marzuki Alie) memang sejak semula menawarkan Ibas sebagai Sekjen. Ucapan SBY di depan para wartawan itu tentu berlaku pula buat Anas dan siapun juga.

Kini mari kita nantikan saja kiprah duet Anas – Ibas memimpin Partai Demokrat dalam 5 tahun ke depan. Kita ucapkan selamat kepada keduanya, termasuk personalia lainnya. Semoga PD dapat memberi jawab terhadap tantangan kehidupan masa depan, memenuhi harapan mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka yang adil, makmur, dan sejahtera.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar